Sunday, October 14, 2012

AMD dijual? Siapa mau?


Masa depan AMD cukup suram dalam perkembangan industri chip di tengah-tengah persaingan platform X86 yang dikuasai Intel dan chip berbasis ARM dengan pemain besar seperti Nvidia, Qualcomm, dan Texas Instrument. restrukturisasi besar-besaran sedang dilakukan di AMD, pengurangan pegawai menjadi salah satu program yang akan dilakukan. Rumor menyebutkan bahwa AMD akan dijual jika ada yang perusahaan yang berminat.

Kabar bahwa AMD dijual bukan yang pertama kalinya terjadi. Tapi jika kabar ini benar adanya, siapa kira-kira perusahaan yang berminat untuk membeli AMD.

Perusahaan yang sering disebut untuk menjadi kandidat pembeli AMD adalah Qualcomm disamping beberapa nama perusahaan besar lainnya seperti Dell dan Apple. Tapi kali ini kita akan membahas tentang Qualcomm agar lebih fokus.

Qualcomm sebagai kandidat kuat
qualcomm snapdragon
processor dibalik high end smartphone
Qualcomm adalah perusahaan yang memulai bisnisnya dengan memproduksi wireless chip untuk handphone. Dalam beberapa tahun terakhir Qualcomm telah berekspansi menjadi supplier processor berbasis ARM yang digunakan oleh Smartphone yang berbasis Android maupun Windows Phone. Qualcomm juga menjadi salah satu supplier processor bagi Sistem Operasi teranyar dari Microsoft, yaitu Windows 8 RT. RT adalah kode untuk windows 8 yang menggunakan processor ARM. Dell dan Samsung menjadi manufaktur Windows 8 RT yang menggunakan Qualcomm sebagai supplier untuk processor.

Ada satu kemiripan antara visi Qualcomm dan AMD, 5 tahun yang lalu Qualcomm sempat berminat untuk masuk ke segmen processor server. Sedangkan AMD sempat sukses dengan processor Opteron yang didesain untuk server sehingga dapat mengganggu dominasi Intel. AMD memiliki kemampuan yang bisa diakui di segmen processor server. Pengalaman AMD bisa dimanfaatkan oleh Qualcomm untuk masuk ke pasar server. Kombinasi pengalaman AMD di segmen server dan desain ARM yang power efisien oleh Qualcomm dapat menghasilkan processor segmen server yang hemat energi berbasis ARM. Jika visi ini dapat diwujudkan, tentu akan dapat menjadi produk unggulan di segmen server. Setiap datacenter sudah lazim untuk menghabiskan konsumsi daya yang sangat besar dalam melayani permintaan user. Low power server processor berbasis ARM tanpa mengurangi performa server tentu akan menjadi killer feature di segmen server.

AMD memiliki relasi yang kuat dengan beberapa manufaktur processor besar dunia. GlobalFoundries adalah manufaktur processor terbesar kedua dunia setelah TSMC. Perusahaan tersebut sebelumnya adalah bagian dari AMD, kemudian AMD memutuskan untuk menjual divisi manufaktur untuk tujuan efisiensi. AMD juga memiliki 10% saham di TSMC (Taiwan Semiconductor Company) yang merupakan manufaktur processor terbesar dunia. Kedekatan AMD dengan chip manufaktur tentu akan menjadi keuntungan bagi Qualcomm sebagai fables chipmaker.

Per tanggal 12 Oktober 2012, AMD dihargai kurang dari 3 milyar USD dengan harga per sahamnya 92 sen. Harga tersebut tentu mampu dipenuhi oleh Qualcomm. Per Juni 2012, Qualcomm memiliki kombinasi cash dan investasi jangka pendek sebesar 13.4 milyar USD. Jadi di atas kertas, Qualcomm seharusnya tidak memiliki masalah keuangan untuk mengakuisisi AMD.

Tidak semudah seperti yang terlihat
Masalahnya adalah bukan hanya sebatas harga, AMD termasuk perusahaan yang memiliki kompleksitas sehingga perusahaan yang berminat perlu berpikir dua kali sebelum mengakuisisi AMD.

Pada sejarahnya, AMD memiliki perjanjian cross licensing teknologi X86 dengan Intel. Beberapa diantaranya termasuk perjanjian rahasia dimana hanya Intel dan AMD yang mengetahuinya. Cross licensing agreement adalah perjanjian pertukaran teknologi yang bisa digunakan oleh perusahaan yang melakukan perjanjian. Dalam kasus ini ada beberapa perjanjian yang memberikan AMD akses kepada beberapa Intellectual Property (IP) milik Intel terkait dengan instruksi-instruksi yang terdapat di chip X86. Perjanjian cross licensing dilakukan pada era chip 386 dan 486 di awal tahun 90 an.

Masalah timbul saat AMD menjual divisi manufaktur chip yang sekarang bernama GlobalFoundries. Intel mengajukan protes ke AMD karena penjualan divisi manufaktur AMD berarti memberikan akses Intellectual Property Intel yang beberapa diantaranya bersifat rahasia ke pihak lain selain AMD. Intel berargumen bahwa AMD harus meminta ijin Intel sebelum memberikan data-data IP milik Intel ke GlobalFoundries. Masalah ini berujung pada tuntutan hukum Intel ke AMD. Walaupun pada akhirnya konflik ini dapat diselesaikan dengan damai pada akhir tahun 2009 melalui beberapa negosiasi yang alot ditengahi oleh mediator di kepulauan Hawai.

Keberhasilan negosiasi tersebut merupakan sebuah prestasi bagi AMD, mungkin akan berbeda hasilnya jika perusahaan tersebut bukan AMD, dimana akan terjadi tuntutan hukum yang berujung pada pembayaran ganti rugi atas royalti yang dimiliki Intel. Tapi masalah ini tetap menjadi potensi bagi perusahaan lain yang berminat untuk membeli AMD. Negosiasi dipastikan akan dilakukan kembali jika AMD dibeli oleh perusahaan lain. Dan negosiasi tersebut dapat dengan mudah tidak berhasil yang berujung pada tuntutan hukum di pengadilan. Terutama Qualcomm, dimana Qualcomm adalah pemain utama di processor ARM yang mengancam dominasi X86, lumbung uang bagi intel.

Bagaimanapun rumor masih tetap bergulir, entah AMD akan dibeli oleh Qualcomm atau tidak, mungkin iya
mungkin tidak.

Dilansir dari allthingsd, artikel yang bagus, sayang kalau gak ditulis versi bahasanya, nggak fully translate juga sih, ada banyak tambahan sendiri juga.

Tuesday, October 02, 2012

Fabless chipmaker, new tren of chip industry manufacture

qualcomm snapdragon dualcore berbasis ARM

Bagi para penggemar gadget yang peduli akan spesifikasi teknis yang menjadi dapur pacu gadgetnya, tentu tidak asing dengan nama Qualcomm, Nvidia, Texas Instrument, dan Samsung serta Apple. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan yang membuat processor untuk ditanamkan di Smartphone dan Tablet. HTC, Motorola, Sony Ericsson, dan Nokia adalah beberapa perusahaan besar dunia yang menggunakan processor-processor keluaran beberapa perusahaan tersebut di gadget buatannya.

Tapi tahukah anda, sebagian besar perusahaan yang membuat processor tersebut tidak memproduksi sendiri processornya. Perusahaan seperti Nvidia, Qualcomm, dan Texas Instrument membuat desain processor berbasis ARM. Sedangkan proses manufaktur processor dioutsource ke pihak ketiga. Perusahaan-perusahaan seperti ini disebut juga Fabless Chipmaker (pembuat processor yang tidak memiliki pabrik). Model bisnis seperti ini semakin banyak ditemui belakangan. Sebagian besar chipmaker meng-outsource pembuatan processor karena biaya manufakturnya yang sangat mahal. Bahkan setiap periode tertentu, fabrikasi processor cenderung lebih kecil dari 45nm, 32nm, dan ditargetkan untuk mencapai 14nm (nano meter). Proses fabrikasi yang semakin kecil dari waktu ke waktu membutuhkan investasi yang sangat besar. Sedangkan produk dari setiap perusahaan pembuat processor tidak selalu memiliki peminat yang cukup untuk menutup biaya investasi.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Company
Fabless Chipmaker menjadi trend yang diikuti banyak perusahaan. Selain lebih murah dari sisi investasi, resikonya juga lebih kecil dibanding mengelola manufaktur processor sendiri. Outsource manufaktur menjadikan perusahaan pembuat processor lebih fokus ke core bisnis perusahaan, yaitu membuat processor dengan desain terbaik, hemat daya dengan performa tinggi. Trend ini menjadi pemicu pertumbuhan perusahaan manufaktur processor, adalah TSMC (Taiwan semikonduktor Manufacturing Company) yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. 49% market share industri manufaktur dikuasai oleh TSMC, sedangkan sisanya dimiliki oleh UMC (United Microelectronics Corporation), GloFlo (Global Foundries), Renesas, dan beberapa perusahaan manufaktur kecil lainnya.

Model bisnis yang ada adalah desain processor diserahkan oleh fabless chipmaker kepada perusahaan manufaktur untuk dilanjutkan dengan proses manufaktur. Adapun model bisnis seperti ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain adalah ketidakmampuan manufaktur processor untuk memproduksi desain processor yang diminta oleh fabless chipmaker jika desain processor yang diminta jauh dari standard bisnis yang ada atau memiliki desain rumit yang tidak mampu diproduksi perusahaan manufaktur. Hal ini sempat terjadi pada Nvidia yang menyebabkan terhambatnya produksi processor Tegra, padahal permintaan akan processor Tegra cukup tinggi. Terhambatnya produksi Nvidia Tegra akhirnya berimbas ke penundaan rilis gadget yang menggunakan processor tersebut.

Despite mahalnya investasi dalam melakukan manufaktur processor, ada beberapa perusahaan yang melakukan proses manufaktur sendiri, Intel dan Samsung adalah diantaranya. Intel menjadi dominan player di industri semikonduktor berbasis X86, salah satu kuncinya adalah keberhasilan dalam melakukan inovasi terus-menerus. Tentunya Intel lebih leluasa melakukan inovasi jika memiliki fasilitas manufaktur sendiri dibanding kompetitor yang tidak memilikinya. AMD adalah satu-satunya pesaing Intel yang memiliki market share X86 terbesar kedua, walaupun hanya dibawah 30%. Menurut beberapa pengamat, salah satu penyebab sulitnya AMD untuk bersaing dengan Intel adalah karena AMD tidak memiliki fasilitas manufaktur sendiri seperti Intel. AMD menjual fasilitas manufakturnya pada tahun 2008 untuk menambah cash flow dan langkah tersebut dinilai lebih efisien dibanding memiliki fasilitas manufaktur sendiri.

Sedangkan Samsung, walaupun memiliki fasilitas manufaktur sendiri, processor yang diproduksi tidak hanya digunakan oleh Samsung saja. Samsung juga memproduksi processor pesanan beberapa perusahaan lain. Salah satu customer terbesar Samsung adalah Apple, Samsung memproduksi processor yang digunakan Apple untuk gadgetnya, yaitu A series processor, A4, A5, A6. Akhir-akhir ini Apple mulai mengalihkan partner manufaktur processornya ke perusahaan lain terkait dengan memanasnya hubungan antara dua perusahaan tersebut.

Global Foundries, kehilangan AMD
sebagai salah satu customer terbesar
Tapi trend fabless chipmaker tidak selalu membuat bisnis lebih mudah bagi chip manufaktur. Memang TSMC adalah salah satu diantara chip manufaktur yang mengalami kemajuan pesat, demand melebihi supply yang mampu diproduksi TSMC. Tapi hal yang sama tidak terjadi pada kompetitornya, seperti Global Foundries dan UMC. Global Foundries bahkan kehilangan salah satu customer terbesarnya, yaitu AMD. AMD mengalihkan manufaktur processor dari GloFlo ke TSMC, salah satu penyebab utamanya adalah ketidakmampuan GloFlo untuk memenuhi target produksi yang diminta oleh AMD. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, industri manufaktur semikonduktor memang tidak murah. Karena memerlukan mesin dengan teknologi dan presisi yang tinggi. Tanpa modal investasi yang besar dan demand yang baik dari customer, tentu sulit untuk dapat berhasil di bisnis semikonduktor.

Tren fabless chip maker sepertinya masih akan berlanjut jika melihat dari efisiensi yang bisa dihasilkan, hal ini tentu menjadi prospek cerah bagi manufaktur semikonduktor. Strategi investasi, produksi, dan pemasaran yang tepat dapat menjamin masa depan perusahaan dalam bisnis ini. TSMC adalah salah satu contoh sukses perusahaan semikonduktor untuk saat ini.

data diambil dari berbagai sumber