Masa depan AMD cukup suram dalam perkembangan industri chip di tengah-tengah persaingan platform X86 yang dikuasai Intel dan chip berbasis ARM dengan pemain besar seperti Nvidia, Qualcomm, dan Texas Instrument. restrukturisasi besar-besaran sedang dilakukan di AMD, pengurangan pegawai menjadi salah satu program yang akan dilakukan. Rumor menyebutkan bahwa AMD akan dijual jika ada yang perusahaan yang berminat.
Kabar bahwa AMD dijual bukan yang pertama kalinya terjadi. Tapi jika kabar ini benar adanya, siapa kira-kira perusahaan yang berminat untuk membeli AMD.
Perusahaan yang sering disebut untuk menjadi kandidat pembeli AMD adalah Qualcomm disamping beberapa nama perusahaan besar lainnya seperti Dell dan Apple. Tapi kali ini kita akan membahas tentang Qualcomm agar lebih fokus.
Qualcomm sebagai kandidat kuat
![]() |
qualcomm snapdragon processor dibalik high end smartphone |
Ada satu kemiripan antara visi Qualcomm dan AMD, 5 tahun yang lalu Qualcomm sempat berminat untuk masuk ke segmen processor server. Sedangkan AMD sempat sukses dengan processor Opteron yang didesain untuk server sehingga dapat mengganggu dominasi Intel. AMD memiliki kemampuan yang bisa diakui di segmen processor server. Pengalaman AMD bisa dimanfaatkan oleh Qualcomm untuk masuk ke pasar server. Kombinasi pengalaman AMD di segmen server dan desain ARM yang power efisien oleh Qualcomm dapat menghasilkan processor segmen server yang hemat energi berbasis ARM. Jika visi ini dapat diwujudkan, tentu akan dapat menjadi produk unggulan di segmen server. Setiap datacenter sudah lazim untuk menghabiskan konsumsi daya yang sangat besar dalam melayani permintaan user. Low power server processor berbasis ARM tanpa mengurangi performa server tentu akan menjadi killer feature di segmen server.
AMD memiliki relasi yang kuat dengan beberapa manufaktur processor besar dunia. GlobalFoundries adalah manufaktur processor terbesar kedua dunia setelah TSMC. Perusahaan tersebut sebelumnya adalah bagian dari AMD, kemudian AMD memutuskan untuk menjual divisi manufaktur untuk tujuan efisiensi. AMD juga memiliki 10% saham di TSMC (Taiwan Semiconductor Company) yang merupakan manufaktur processor terbesar dunia. Kedekatan AMD dengan chip manufaktur tentu akan menjadi keuntungan bagi Qualcomm sebagai fables chipmaker.
Per tanggal 12 Oktober 2012, AMD dihargai kurang dari 3 milyar USD dengan harga per sahamnya 92 sen. Harga tersebut tentu mampu dipenuhi oleh Qualcomm. Per Juni 2012, Qualcomm memiliki kombinasi cash dan investasi jangka pendek sebesar 13.4 milyar USD. Jadi di atas kertas, Qualcomm seharusnya tidak memiliki masalah keuangan untuk mengakuisisi AMD.
Tidak semudah seperti yang terlihat
Masalahnya adalah bukan hanya sebatas harga, AMD termasuk perusahaan yang memiliki kompleksitas sehingga perusahaan yang berminat perlu berpikir dua kali sebelum mengakuisisi AMD.
Pada sejarahnya, AMD memiliki perjanjian cross licensing teknologi X86 dengan Intel. Beberapa diantaranya termasuk perjanjian rahasia dimana hanya Intel dan AMD yang mengetahuinya. Cross licensing agreement adalah perjanjian pertukaran teknologi yang bisa digunakan oleh perusahaan yang melakukan perjanjian. Dalam kasus ini ada beberapa perjanjian yang memberikan AMD akses kepada beberapa Intellectual Property (IP) milik Intel terkait dengan instruksi-instruksi yang terdapat di chip X86. Perjanjian cross licensing dilakukan pada era chip 386 dan 486 di awal tahun 90 an.
Masalah timbul saat AMD menjual divisi manufaktur chip yang sekarang bernama GlobalFoundries. Intel mengajukan protes ke AMD karena penjualan divisi manufaktur AMD berarti memberikan akses Intellectual Property Intel yang beberapa diantaranya bersifat rahasia ke pihak lain selain AMD. Intel berargumen bahwa AMD harus meminta ijin Intel sebelum memberikan data-data IP milik Intel ke GlobalFoundries. Masalah ini berujung pada tuntutan hukum Intel ke AMD. Walaupun pada akhirnya konflik ini dapat diselesaikan dengan damai pada akhir tahun 2009 melalui beberapa negosiasi yang alot ditengahi oleh mediator di kepulauan Hawai.
Keberhasilan negosiasi tersebut merupakan sebuah prestasi bagi AMD, mungkin akan berbeda hasilnya jika perusahaan tersebut bukan AMD, dimana akan terjadi tuntutan hukum yang berujung pada pembayaran ganti rugi atas royalti yang dimiliki Intel. Tapi masalah ini tetap menjadi potensi bagi perusahaan lain yang berminat untuk membeli AMD. Negosiasi dipastikan akan dilakukan kembali jika AMD dibeli oleh perusahaan lain. Dan negosiasi tersebut dapat dengan mudah tidak berhasil yang berujung pada tuntutan hukum di pengadilan. Terutama Qualcomm, dimana Qualcomm adalah pemain utama di processor ARM yang mengancam dominasi X86, lumbung uang bagi intel.
Bagaimanapun rumor masih tetap bergulir, entah AMD akan dibeli oleh Qualcomm atau tidak, mungkin iya
mungkin tidak.
Dilansir dari allthingsd, artikel yang bagus, sayang kalau gak ditulis versi bahasanya, nggak fully translate juga sih, ada banyak tambahan sendiri juga.