Tuesday, October 02, 2012

Fabless chipmaker, new tren of chip industry manufacture

qualcomm snapdragon dualcore berbasis ARM

Bagi para penggemar gadget yang peduli akan spesifikasi teknis yang menjadi dapur pacu gadgetnya, tentu tidak asing dengan nama Qualcomm, Nvidia, Texas Instrument, dan Samsung serta Apple. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan yang membuat processor untuk ditanamkan di Smartphone dan Tablet. HTC, Motorola, Sony Ericsson, dan Nokia adalah beberapa perusahaan besar dunia yang menggunakan processor-processor keluaran beberapa perusahaan tersebut di gadget buatannya.

Tapi tahukah anda, sebagian besar perusahaan yang membuat processor tersebut tidak memproduksi sendiri processornya. Perusahaan seperti Nvidia, Qualcomm, dan Texas Instrument membuat desain processor berbasis ARM. Sedangkan proses manufaktur processor dioutsource ke pihak ketiga. Perusahaan-perusahaan seperti ini disebut juga Fabless Chipmaker (pembuat processor yang tidak memiliki pabrik). Model bisnis seperti ini semakin banyak ditemui belakangan. Sebagian besar chipmaker meng-outsource pembuatan processor karena biaya manufakturnya yang sangat mahal. Bahkan setiap periode tertentu, fabrikasi processor cenderung lebih kecil dari 45nm, 32nm, dan ditargetkan untuk mencapai 14nm (nano meter). Proses fabrikasi yang semakin kecil dari waktu ke waktu membutuhkan investasi yang sangat besar. Sedangkan produk dari setiap perusahaan pembuat processor tidak selalu memiliki peminat yang cukup untuk menutup biaya investasi.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Company
Fabless Chipmaker menjadi trend yang diikuti banyak perusahaan. Selain lebih murah dari sisi investasi, resikonya juga lebih kecil dibanding mengelola manufaktur processor sendiri. Outsource manufaktur menjadikan perusahaan pembuat processor lebih fokus ke core bisnis perusahaan, yaitu membuat processor dengan desain terbaik, hemat daya dengan performa tinggi. Trend ini menjadi pemicu pertumbuhan perusahaan manufaktur processor, adalah TSMC (Taiwan semikonduktor Manufacturing Company) yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. 49% market share industri manufaktur dikuasai oleh TSMC, sedangkan sisanya dimiliki oleh UMC (United Microelectronics Corporation), GloFlo (Global Foundries), Renesas, dan beberapa perusahaan manufaktur kecil lainnya.

Model bisnis yang ada adalah desain processor diserahkan oleh fabless chipmaker kepada perusahaan manufaktur untuk dilanjutkan dengan proses manufaktur. Adapun model bisnis seperti ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain adalah ketidakmampuan manufaktur processor untuk memproduksi desain processor yang diminta oleh fabless chipmaker jika desain processor yang diminta jauh dari standard bisnis yang ada atau memiliki desain rumit yang tidak mampu diproduksi perusahaan manufaktur. Hal ini sempat terjadi pada Nvidia yang menyebabkan terhambatnya produksi processor Tegra, padahal permintaan akan processor Tegra cukup tinggi. Terhambatnya produksi Nvidia Tegra akhirnya berimbas ke penundaan rilis gadget yang menggunakan processor tersebut.

Despite mahalnya investasi dalam melakukan manufaktur processor, ada beberapa perusahaan yang melakukan proses manufaktur sendiri, Intel dan Samsung adalah diantaranya. Intel menjadi dominan player di industri semikonduktor berbasis X86, salah satu kuncinya adalah keberhasilan dalam melakukan inovasi terus-menerus. Tentunya Intel lebih leluasa melakukan inovasi jika memiliki fasilitas manufaktur sendiri dibanding kompetitor yang tidak memilikinya. AMD adalah satu-satunya pesaing Intel yang memiliki market share X86 terbesar kedua, walaupun hanya dibawah 30%. Menurut beberapa pengamat, salah satu penyebab sulitnya AMD untuk bersaing dengan Intel adalah karena AMD tidak memiliki fasilitas manufaktur sendiri seperti Intel. AMD menjual fasilitas manufakturnya pada tahun 2008 untuk menambah cash flow dan langkah tersebut dinilai lebih efisien dibanding memiliki fasilitas manufaktur sendiri.

Sedangkan Samsung, walaupun memiliki fasilitas manufaktur sendiri, processor yang diproduksi tidak hanya digunakan oleh Samsung saja. Samsung juga memproduksi processor pesanan beberapa perusahaan lain. Salah satu customer terbesar Samsung adalah Apple, Samsung memproduksi processor yang digunakan Apple untuk gadgetnya, yaitu A series processor, A4, A5, A6. Akhir-akhir ini Apple mulai mengalihkan partner manufaktur processornya ke perusahaan lain terkait dengan memanasnya hubungan antara dua perusahaan tersebut.

Global Foundries, kehilangan AMD
sebagai salah satu customer terbesar
Tapi trend fabless chipmaker tidak selalu membuat bisnis lebih mudah bagi chip manufaktur. Memang TSMC adalah salah satu diantara chip manufaktur yang mengalami kemajuan pesat, demand melebihi supply yang mampu diproduksi TSMC. Tapi hal yang sama tidak terjadi pada kompetitornya, seperti Global Foundries dan UMC. Global Foundries bahkan kehilangan salah satu customer terbesarnya, yaitu AMD. AMD mengalihkan manufaktur processor dari GloFlo ke TSMC, salah satu penyebab utamanya adalah ketidakmampuan GloFlo untuk memenuhi target produksi yang diminta oleh AMD. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, industri manufaktur semikonduktor memang tidak murah. Karena memerlukan mesin dengan teknologi dan presisi yang tinggi. Tanpa modal investasi yang besar dan demand yang baik dari customer, tentu sulit untuk dapat berhasil di bisnis semikonduktor.

Tren fabless chip maker sepertinya masih akan berlanjut jika melihat dari efisiensi yang bisa dihasilkan, hal ini tentu menjadi prospek cerah bagi manufaktur semikonduktor. Strategi investasi, produksi, dan pemasaran yang tepat dapat menjamin masa depan perusahaan dalam bisnis ini. TSMC adalah salah satu contoh sukses perusahaan semikonduktor untuk saat ini.

data diambil dari berbagai sumber

No comments: