Sunday, March 10, 2013

Apakah dominasi Samsung buruk bagi Android, err...Google?


Akhir-akhir ini beberapa pengamat teknologi menilai bahwa samsung memiliki posisi yang terlalu dominan di bisnis smartphone. Berdasarkan data yang dirilis oleh dazeinfo.com, pada quarter ke-4 2012 samsung memiliki market share terbesar dengan persentase 29 persen. Khusus untuk segmen smartphone, samsung berhasil menggusur Apple (21.8 persen) dari posisi pertama, segmen dimana Apple mendominasi dengan jajaran iPhone selama beberapa tahun. Keberhasilan samsung dalam mendominasi segmen Smartphone berkat produk highend besutannya seperti Galaxy S series dan Galaxy Note yang mendapat respon sangat baik dari konsumen. Samsung bahkan jauh meninggalkan kompetitor lain yang menggunakan OS Android, baik dari sisi market share maupun keuntungan. Perusahaan asal korea ini berhasil mencatat rekor keuntungan tertinggi dalam sejarah perusahaan. Kondisi yang kontras jika membandingkan dengan kompetitor sesama Android seperti HTC, Acer, Sharp, maupun Sony.

Tapi kita tidak akan membicarakan angka-angka market share antara manufaktur Android maupun urutan manufaktur smartphone terbesar. Beberapa pengamat menilai samsung menjadi terlalu besar bagi ekosistem android, sehingga langkah-langkah yang diambil samsung dapat mempengaruhi perkembangan platform android secara keseluruhan. Penilaian ini didasarkan atas data pada quater ke-3 2012 dimana 46 persen smartphone android dipasaran di produksi oleh samsung (data by Impressions). Besarnya market share samsung dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan lebih dari google sebagai pemilik platform android. Kemungkinan pertama adalah samsung dapat menekan google agar mendapatkan akses ke generasi android terbaru lebih cepat dibanding kompetitornya. Perkiraan yang lebih jauh lagi bahkan samsung dapat meminta persentase keuntungan lebih besar yang diperoleh google dari penggunaan search engine di android. Saat ini samsung mendapat lebih dari 10 persen keuntungan yang dihasilkan dari mobile search engine google yang dilakukan di smartphone android buatan samsung.

Prediksi para analisa di atas menurut saya kurang tepat atau sedikit berlebihan. Berbekal android, samsung memang telah menjadi pemain dominan di bisnis smartphone, baik segmen premium atau dibawahnya. Tapi posisi tersebut tidak memberikan akses khusus bagi samsung atas android. Setidaknya akses khusus yang diberikan karena samsung terpilih menjadi manufaktur smartphone google (nexus series) beberapa kali, tidak lebih. Google juga tidak akan mau memberikan persentase keuntungan lebih besar kepada samsung. Karena jika langkah itu dilakukan akan memicu kesenjangan dari manufaktur android lain. Kesenjangan ini justru akan merugikan platform android secara keseluruhan karena manufaktur lain mungkin akan mengalihkan fokusnya ke platform lain seperti Windows Phone atau bahkan Firefox OS yang masih dalam tahap pengembangan.

Bagaimana jika samsung yang 'mengancam' akan mengalihkan fokus ke platform lain? Tidak, hal itu tidak akan terjadi, setidaknya dalam waktu dekat. Mengapa? Karena android sudah menjadi platform yang 'matang', terdapat sekira 800 ribu aplikasi di google play store. Kita tahu bahwa aplikasi adalah faktor terpenting yang mendukung kesuksesan suatu platform. Lihat saja Windows Phone sebagai contoh, OS yang menjanjikan tanpa diimbangi jumlah aplikasi yang cukup hanya mampu meraih pangsa pasar global sebesar 3 persen.

Keberhasilan samsung dan android dalam memimpin pasar smartphone adalah hubungan mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak. Samsung bertugas membuat smartphone, distribusi, dan advertising smartphone buatannya. Sedangkan google mengembangkan android menjadi platform yang lebih 'matang' dengan feature-feature baru, ekosistem dan security yang lebih baik. Tapi jika kita ada di posisi samsung, manufaktur asal korea tersebut memiliki ketergantungan yang besar atas android. Semua smartphone yang menjadi andalan samsung dalam meraup pundi-pundi uang menggunakan android sebagai sistem operasi. Hal ini tidak terlalu bagus bagi sebuah perusahaan, dimana pendapatan utamanya berasal dari satu jenis produk saja, yaitu android.

Samsung perlu melakukan diversifikasi produk, hal ini sudah disadari samsung sejak beberapa tahun lalu. Langkah-langkah diversifikasi sudah diambil oleh samsung untuk mengurangi ketergantungan atas platform android. Bada adalah sistem operasi berdasarkan linux yang dikembangkan secara inhouse oleh samsung. Sebagai platform baru, kualitas dan feature bada cukup terbatas dan tidak mampu bersaing dengan android. Oleh sebab itu samsung lebih memfokuskan bada untuk segmen mid to low. Dan isu yang beredar bahwa samsung berencana menghentikan pengembangan bada pada pertengahan tahun 2013. Biaya pengembangan yang mahal dan ditanggung sendiri oleh samsung menjadi salah satu faktor penyebabnya. Memang membangun platform baru dari nol memang sangat sulit dan mahal saat ini, terlebih di saat platform lain sudah matang dan memiliki ekosistem yang lebih menjanjikan seperti iOS dan android. Pertimbangan kedua untuk menghentikan pengembangan bada adalah dimulainya kerjasama samsung dan intel untuk mengembangkan platform lain yang disebut tizen. Perlu waktu untuk menilai apakah duet dua perusahaan teknologi tersebut mampu menelurkan produk yang menjanjikan dan mampu bersaing di pasar yang sudah disesaki beberapa platform besar.

Lalu jika suatu saat samsung berhasil beralih dari android apakah akan mempengaruhi penetrasi android di pasaran?  Ya, tidak dipungkiri jaringan distribusi dan advertising merupakan kunci penting dalam kesuksesan suatu produk. Tapi android adalah platform yang matang dan banyak manufaktur dengan 'senang hati' menggunakan android sebagai sistem operasi dari produknya. Sebut saja Htc, Sony, LG, ZTE, dan HuaWei, mereka adalah perusahaan teknologi kelas dunia yang memiliki jaringan distribusi tersebar di beberapa benua. ZTE sebagai contoh, kurang populer sebagai merk tapi merupakan manufaktur smartphone terbesar ke-5 didunia. Smartphone yang kebanyakan didesain untuk segmen mid to low buatan perusahaan asal China tersebut mendapat respon yang baik dari konsumen. Produk ZTE biasanya dibranded ulang oleh setiap operator disetiap negara sebagai produk operator tersebut, karena itu nama ZTE kurang populer sebagai sebuah merk smartphone.

Analisa di atas cukup untuk menggambarkan bahwa android tidak tergantung hanya kepada satu manufaktur saja. Banyaknya jumlah partner yang dimiliki menjadi jaminan keberlangsungan platform android di masa depan. Adapun faktor yang menjadi kunci sukses android kedepannya adalah kemampuan google untuk menanamkan feature-feature baru yang semakin mempermudah konsumen dalam menggunakan platform android. Keamanan juga menjadi salah satu faktor terpenting untuk menjaga kepercayaan konsumen dalam menggunakan android. Feature keamanan android yang baik juga bisa menjadi nilai tambah google untuk melakukan penetrasi ke pasar perusahaan, dimana keamanan adalah pertimbangan utama perusahaan dalam menggunakan sebuah platform. Google perlu belajar dari Blackberry dalam hal ini karena Blackberry sudah memiliki pengakuan dari banyak lembaga dunia terhadap keamanan platform besutannya. Yang terakhir adalah hubungan antara google dengan developer aplikasi, banyak pekerjaan yang perlu dilakukan google untuk membenahi ekosistem aplikasi android. Data menunjukkan bahwa developer menghasilkan uang empat kali lebih banyak di platform iOS dibanding android(flurry analytics).

Tipikal android yang open source menyebabkan banyaknya jumlah pembajakan aplikasi. Hal ini tentu bukan hal yang baik bagi developer karena mereka kehilangan penghasilan tiap kali aplikasinya dibajak. Saya yakin android akan menjadi platform yang semakin berkualitas jika google mampu mengerjakan beberapa point tersebut dengan baik.

No comments: